Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hukum Mengunjungi Pura di Bali bagi Orang Non-Hindu: Panduan dan Etika

pura besakih
Hukum Mengunjungi Pura di Bali bagi Orang Non-Hindu

Bali, yang dikenal sebagai Pulau Dewata, memiliki ribuan pura yang merupakan pusat kehidupan spiritual masyarakat Hindu Bali. Pura-pura ini tidak hanya tempat beribadah bagi umat Hindu, tetapi juga menarik minat wisatawan dari berbagai agama dan latar belakang. Bagi orang non-Hindu yang ingin mengunjungi pura di Bali, tidak ada larangan secara hukum, namun ada aturan etika dan adat yang harus diikuti. Berikut adalah panduan hukum dan etika yang berlaku bagi non-Hindu yang ingin mengunjungi pura di Bali.

1. Hukum Kunjungan Non-Hindu ke Pura

Secara hukum, tidak ada larangan resmi yang melarang orang non-Hindu untuk mengunjungi pura di Bali. Pura, terutama pura besar seperti Pura Besakih, Pura Ulun Danu Bratan, dan Pura Tanah Lot, terbuka untuk umum, termasuk wisatawan mancanegara dan non-Hindu. Namun, pengunjung diharapkan untuk mematuhi aturan adat yang berlaku di setiap pura. Beberapa pura mungkin memiliki area tertentu yang terbatas hanya untuk umat Hindu, terutama selama upacara keagamaan.

2. Aturan Adat dan Etika

Meskipun tidak ada larangan hukum, pengunjung non-Hindu diharapkan untuk menghormati adat dan tradisi Hindu Bali saat memasuki area pura. Aturan-aturan ini lebih bersifat etika adat yang penting untuk menjaga kesucian tempat ibadah. Beberapa aturan yang harus diperhatikan meliputi:

  • Berpakaian sopan: Pengunjung harus mengenakan pakaian yang sopan dan tertutup. Biasanya, sarung dan selendang diharuskan untuk menutupi kaki dan pinggang sebagai tanda penghormatan. Sarung dan selendang biasanya tersedia untuk disewa di pintu masuk pura.
  • Menghindari mengganggu upacara: Saat ada upacara keagamaan yang berlangsung, pengunjung diharapkan untuk tidak mengganggu prosesi tersebut. Mengambil foto atau video tanpa izin, berbicara dengan suara keras, atau berjalan di tengah-tengah upacara dianggap tidak sopan.
  • Tidak menyentuh persembahan: Sesajen yang diletakkan di berbagai sudut pura adalah bagian dari ritual keagamaan. Pengunjung non-Hindu tidak diperbolehkan menyentuh atau mengganggu persembahan tersebut.
  • Menghormati area terlarang: Beberapa pura memiliki area khusus yang hanya boleh dimasuki oleh umat Hindu, terutama di bagian-bagian suci pura seperti altar utama. Pengunjung non-Hindu harus menghormati batasan ini dan tidak memasuki area yang ditandai sebagai suci bagi penganut Hindu.

3. Tata Krama Spiritual

Pura adalah tempat sakral yang memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi bagi umat Hindu. Oleh karena itu, kunjungan ke pura bukan hanya sekedar wisata, melainkan juga pengalaman spiritual yang harus dihormati. Beberapa tata krama yang harus diikuti meliputi:

  • Menjaga keheningan: Suasana tenang dan hening sangat dijaga di area pura, karena merupakan tempat doa dan meditasi. Pengunjung diharapkan untuk berbicara dengan suara rendah dan tidak membuat kegaduhan.
  • Mengikuti arahan pemandu atau petugas pura: Pura besar seperti Pura Besakih sering kali memiliki pemandu wisata yang bisa membantu pengunjung memahami etika dan aturan di pura. Mengikuti arahan pemandu adalah cara terbaik untuk menghindari tindakan yang tidak sesuai.

4. Larangan Bagi Wanita yang Sedang Menstruasi

Satu aturan yang sangat penting dan sering kali tidak diketahui oleh pengunjung non-Hindu adalah larangan bagi wanita yang sedang menstruasi untuk memasuki pura. Ini adalah bagian dari tradisi Hindu Bali, di mana wanita yang sedang menstruasi dianggap dalam kondisi "tidak suci" dan tidak boleh memasuki tempat suci seperti pura.

5. Pandangan Umat Hindu Bali terhadap Pengunjung Non-Hindu

Secara umum, umat Hindu Bali menyambut pengunjung non-Hindu yang ingin mengunjungi pura selama mereka menghormati aturan adat yang berlaku. Bali adalah destinasi wisata global, dan masyarakatnya dikenal ramah terhadap wisatawan. Namun, penghormatan terhadap adat, tradisi, dan kesucian pura tetap menjadi prioritas utama.

Kesimpulan

Mengunjungi pura di Bali bagi non-Hindu bukanlah hal yang dilarang secara hukum, namun sangat penting untuk mematuhi aturan adat dan etika yang berlaku. Pura bukan hanya objek wisata, tetapi juga tempat suci yang memiliki nilai spiritual mendalam bagi umat Hindu. Dengan berpakaian sopan, menghormati ritual, dan mengikuti aturan lokal, pengunjung non-Hindu dapat menikmati pengalaman spiritual yang mendalam dan belajar lebih banyak tentang budaya serta kepercayaan masyarakat Bali.

Menghormati kesucian pura adalah hal utama yang harus dijaga oleh siapa pun yang datang, terlepas dari latar belakang agama.

Referensi:

balitribune.co.id

kbsdigital.co.id

babadbali.com

Posting Komentar untuk "Hukum Mengunjungi Pura di Bali bagi Orang Non-Hindu: Panduan dan Etika"